PERKEMBANGAN FILSAFAT
Terinspirasi pada Mata Kuliah Filsaf oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
kamis, 9 Oktober 2014 diruang 201A.
Filsafat apa
pun itu obyeknya adalah ada dan yang mungkin ada, memiliki sifat terhingga dan takterhingga. Dari
sifat itu bisa berubah dan tetap. Oleh karena itu Filsafa ada satu disebut
monolisem, filsafat ada dua disebut dualisem dan filsafat banyak disebut
pluarisem. Filsafat Ada tetap disebut permanetilisem, filsafat ada berubah
disebut gerakitosem. Dalam kehidupan sehari-hari sebananya mengalir terus
seperti air menuju kelaut. Begetulah kehidupan ini, sehingga muncul ide dan gagasan.
Itulah sebnar-benarnya kehidupan. dalam kehidupan kita itu berada pada dasar yang
paling bawah untuk berusaha mencapai tujuan yang paling tinggi melalui ide dan
gagasan. Dalam belajar filsafat, manusia
diibaratkan ikan ingin mengetahui segala macam air dan jenis air itu apa demi kelangsungan hidupnya. Ikan itu sadar
bahwa air laut itu diibaratkan datangnya dari air gunung. Gunung filsafat adalah gunungnya para filsof.
Jadi tidak lain tidak bukan itu semuanya adalah pikiran manusia.
Menurut imanual
kant jika kita ingin mengetahui dunia maka tengoklah pikiranmu. Coba kita
renungkan jika kita tidur maka kita tidak bisa berpikir tentang dunia, oleh
karena itu manusia akan bisa menegnal dunia apabila dalam keadaan sadar. Jadi filsafat
itu mengalir antara yang ada dan yang mungkin ada yang sifatnya bisa berubah
dan tetap. Yang tetap itu lebih banyak berada dalam pikiran kita, sedangkan
yang berubah itu kebanyakan berada diluar pikiran kita.
Jika kita
bicarakan tentang filsafat pikiran maka muncul filsafat idealisme yang ditokohi
oleh plato atau platonisem. Jika filsafat diluar maka akan muncul namanya
filsafat realisme dengan tokohnya
aritoteles atau aritolisme. Ini semua bersifat tetap, misalnya sekali hidup ya
hidup, sekali manusia ya manusia, sekali subyek ya subyek, sekali obyek ya
obyek dan lain-lain, itu semua adalah tetap. Sedangkan yang mengalami perubahan
yaitu segala yang berubah, seperti aku
bukanlah diriku, pikiran diriku bukanlah pikiran ku, itu semua karena aku tidak
bisa menyebut diriku. akan tetapi tetap pikiran ku didunia itu adalah pikiranku
sehingga itu bisa juga tetap ini adalah hukum identitas. Itu semua ada didalam
pikiran. Akan tetapi Jika masih dalam pikiran maka itu tetap dan jika sudah
dalam bentuk tulisan maka itu berubah. Sehingga dalam matematika jika masih
dalam pikiran maka itu tetap, jika sudah dalam tulisan maka itu bisa berubah. Sehingga
didalam matematika dikenal dengan kontradiksi dan identitas.
Tetap bersifat
analitik, analitik hukumnya tautologi sedang sifat analitik adalah apriori,
berubah bersifat sintetik, sedangkan sintetik bersifat apstoriori karena
sintetitk hukumnya kotradiksi, seperti aku tidak bisa menyebut diriku karena
aku tidak bisa menyebut diriku sebelum. Tetap itu ideal, karena ideal itu yang
ada dalam pikiran kita, jika kita membicarakan jokowi maka didalamnya pikiran ada
megawati, surya paloh dan lain-lain. Itu
semua memiliki ruang dan waktu. Dalam hal ini memiliki rasio sehingga muncullah
rasionisme dengan tokoh rene descartes, sedangkan pengalaman itu akan muncul
empirisme dengan tokoh Francis Bacon.
Descartes
mengatakan bahwa tiada ilmu jika tanpa ada rasio, sedangkan francis Bacon mengatakan bahwa
tiada ilmu tanpa pengalaman. Dari kedua pendapat ini muncul keragu-raguan. Disebabkan
tidak memiliki jawaban yang memuaskan. Sehingga muncul penemuan berupa
saintifikisem. Oleh karena itu Imanuel kant mengkombinasi kedua pendapat tokoh
tersebut. Imanual kant mangatakan bahwa tiada ilmu tanpa ada rasio dan
pengalaman. Sehingga muncul suatu intuisi dengan lahirlah intuisinisme. Karena intuisi
ini berdasarkan pengalaman maka terbentuk kategori sehingga lahirlah
kategorisem. Kategori itu lahirlah logika, sehingga dengan logika itu mencullah
intuisi, sehingga lahirlah hermenitesme.
Dengan adanya
logika maka muncullah aturan-aturan, dalil-dalil dan hal yang lainnya. Maka muncullah
ilmu pengetahuan, berupa matematika dan ilmu yang lainnya. Akan tetapi kita
sebagai manusia yang memiliki keyakikan tidak bisa menembus spritual. Sehingga logika
itu hanya bisa mampu dari material, normatif dan formal.
Komentar